Tahun 2020, menjadi tahun yang special untuk para traveller karena paspor menjadi salah satu hal yang nggak berguna. Butuh satu setengah tahun untuk melanjutkan cicilan cerita perjalanan saya ke Vietnam. Dikarenakan kangen banget buat liburan, akhirnya ngecek-ngecek foto foto-foto travelling yang belum sempet diedit. Kalau ada yang minat liburan ke Vietnam setelah pandemik ini berlalu, saya akan kasi beberapa rekomendasi.
Penerbangan
ke Hanoi dimulai dari Kuala Lumpur menggunakan Air Asia. Setelah menempuh
perjalanan selama 3 jam 15 menit, akhirnya sampai juga di Noibai Airport. Kesan
pertama baru mendarat langsung melihat petugas keamanan yang berbaju warna
hijau lumut, yang bagi saya sih langsung kepikiran petugas keamanan di Korea
Utara gitu. Wajar saja, soalnya paham yang dianut adalah komunis. Saya masih
ingat pertama kalinya membaca sebuah larangan dalam bahasa Vietnam, namun dalam
bahasa inggris hanya dua kata yang artinya ‘no trolley’.
Melewati
imigrasi nggak begitu lama dan nggak banyak ditanya juga. Tapi kalau dari
Amerika Serikat malah lebih lama ditanya-tanya. Saya baru tahu kalau orang US
mau ke Vietnam perlu mengurus visa dulu sebelumnya. Setelah melewati imigrasi,
tujuan pertama nuker uang dan beli SIM card. Jadi, sebelum ke Vietnam tuker
dulu ya rupiah ke US Dollar. Kalau nggak salah waktu itu ratenya US$1 setara
dengan 23,000 dong (mata uang Vietnam). Harga SIM Card kalau nggak salah
sekitar 200,000 dong. Setelah complete semua, cus pergi ke kota. Oh ya,
ternyata kalau di Hanoi nih, orang-orang yang jemput keluarga atau temennya
gitu ngasi bucket bunga. Jadi banyak
tuh yang jualan bucket bunga di
airport.
Gimana cara ke pusat kota?
Ada
beberapa cara bisa naik bus umum, bus yang disediakan maskapai, atau taxi. Saya
sih memilih untuk menggunakan bus umum. Bus nomor 86 menuju Hanoi/ Old Quarter.
Harganya 35,000 dong per orang, harganya termasuk murah sih ini.
Perjalanannya sekitar 45 menit, turunnya di Hoan Kiem Lake. Nah kalau mau
pasti, tanya aja sama petugas yang narikin duit untuk bayar tiket. Cukup bilang
aja nama tempatnya, nanti dia ngasi tau kalau emang harus turun.
Bus 86 menuju Hanoi/Old Quarter |
Exploring Old Quarter, Hanoi
Bun Cha Ta
Langsung
memulai wisata kuliner dong! Karena penerbangan ke Hanoi nggak dapet makan,
jadinya laper banget. Sebelumnya saya udah searching
banyak banget tempat makan via tripadvisor. Sebenernya tempat pertama yang akan
dikunjungi itu Banh Xeo Zon Pancake tapi malah tutup. Akhirnya pindah destinasi
ke Bun Cha Ta, nggak begitu jauh sih. Masih di sekitaran Hoan Kiem Lake.
Tempatya nggak begitu besar sih, lantai 2 gitu, tempat duduknya menarik banget.
Di tempat ini menunya ada dalam bahasa inggris juga kok jadi setiap nama
makanan, di bawahnya ada keterangan isinya apa aja. Saya nggak terlalu ingat
nama makanannya apa aja, yang paling inget mesen Pho sih. Btw, saya kaget
banget mereka ngasi sayuran banyak banget, hampir sebaskom gitu.
Bun Cha Ta |
Pesen buat porsi berempat, terus karena laper banget porsinya agak banyak. Harga makanannya pun affordable dan yang pastinya makyuus. Kalau nggak salah nih, makan berempat habis 350,000-an dong. Ini menjadi tempat pertama makan di Hanoi, sekaligus makan makanan Vietnam pertama kali. Bener-bener melebihi ekspetasi saya sih. Enaaak pol! First impression of Hanoi is the best culinary spot!
Café Giang
Setelah ngisi perut kosong, lanjut nih mau nyantai gitu di café. Vietnam itu terkenal dengan kopinya, kopi Vietnam. Berdasarkan hasil berkelana di tripadvisor, salah satu café paling popular terus reviewnya super oke banget Namanya Café Giang. Langsung aja cus ke sana, karena masih bisa ditempuh sambil jalan kaki. Ikutin aja google maps, pasti nemu.
Cafe Giang |
Nungguin pesanan datang |
Egg with chocolate and Egg Coffee |
Saatnya membakar kalori setelah perut sudah terisi amunisi. Kebetulan hari pertama samapai di Hanoi itu Minggu, jadi bertepatan dengan car free day. Lumayan bisa jalan-jalan pagi, kebetulan banyak yang jualan buah di pinggir jalan dan keliatan seger banget.
Suasana car free day |
Hoan Kiem Lake |
The Note Coffee
Masih jalan-jalan di sekitaran Old Quarter, kali ini saya dan adik saya nyoba another coffee dan ice coffee (lupa sih kopi apa). Yang menarik dari café ini sebenernya mereka bakalan nyediain semacem post-it yang bis akita tempel di dinding café. Hampir seluruh dinding dipenuhi tempelan notes yang berisi entah quote, wishes, atau hanya bukti peninggalan jejak dari pengunjung kalau pernah ke sini. Harganya lebih mahal ketimbang (start from 28,000 dong) Café Giang tapi pilihan minumannya bervariasi, plus ada pilihan makanan juga kalau masih lapar.
Pemandangan dari lantai 2 |
St. Joseph’s Cathedral
Lanjut keliling-keliling, kita mampir ke salah satu gereja yang menjadi icon di Old Quarter ini. Sebenernya saya sempat menonton acara program jalan-jalan gitu, tapi lupa nama programnya apa dan episodenya ke Hanoi. Sayangnya, cuacanya agak mendung juga hari itu, jadinya fotonya agak kurang oke. Ini merupakan salah satu Roman Catholic Cathedral dan arsitektur gereja ini mirip dengan Notre Dame de Paris.
St. Joseph's Cathedral |
Bami Bread - Banh Mi Hoi An
Kalau ke Vietnam, nggak lengkap dong kalau nggak nyoba Banh Mi-nya. Banh Mi ini sebenernya Vietnamese sandwich. Berkat tripadvisor, ini salah satu tempat Banh Mi yang reviewnya cukup oke dan dekat juga dari Kawasan Old Quarter. Sebenernya ada banyaaak banget tempat jualan Banh Mi. Harga Banh Mi di sini mulai dari 16,000 dong. Saya beli yang paling simple, Pate-Trung.
Bami Bread |
Garden House
Saatnya makan malam! Yeay! Di sini tersedia banyak pilihan makanan, termasuk buat yang milih vegetarian, vegan, and gluten free options. Dikarenakan belum sempet nyoba Banh Xeo waktu pagi tadi, saatnya mencoba salah satu makanan wajib kalau travelling ke Vietnam, dan tentunya Pho.
Garden House |
Banh Xeo |
Ta Hien Street (Beer Street)
Saya berencana untuk bertemu dengan beberapa traveler yang kebetulan sedang berlibur di Hanoi sebelum saya melanjutkan perjalanan ke Sa Pa malam itu. Masih ada waktu sekitar 1,5 jam, akhirnya saya memutuskan untuk bertemu di Ta Hien Street, dimana ini menjadi jalan yang khusus untuk mencoba beer, termasuk Vietnamese beer. Saya mengetahui tempat ini juga dari program travelling korea selatan yang pernah saya tonton. Harga beer termurah di sini hanya 5,000 dong alias sekitar Rp 3,000 aja. Walau pun saya nggak nyoba sih yang itu, nyobanya yang lain. Harga minuman di sini cukup bervariasi, tergantung tempat juga, indoor atau outdoor.
Ta Hien Street |
Gang di Kawasan Old Quarter |
No comments:
Post a Comment